Sunday, November 13, 2016

“Teruntuk Orang-Orang yang Menanyakan Eksistensiku”

Biarkan saya sedikit mengoceh tentang “sendiri”..

Dalam rentang waktu yang terbaru kini, entah kenapa aku mulai senang menjadi penyendiri. Rasanya aku bisa lebih nyaman ketika mengerjakan sesuatu dengan menyendiri. Entah itu dengan kondisi *benar-benar sendiri-di kos misalnya, atau sendiri dalam artian berada pada lingkungan yang sama sekali tidak mengenalmu sebelumnya. Yang perlu digaris bawahi adalah nyaman bukan berarti produktif ya…. Masalah produktif disini kita anggap menjadi topik bahasan lain. *because it’s so full of uncertainty for me.. hehe.
Penyebabnya? Entahlah, tapi rasanya semua keadaan yang ada di sekitar sekarang sangat mendukung untuk menjadi penyendiri. Teman misalnya, tidak banyak event yang kemudian bisa membuat aku memang harus kumpul sama teman-teman, seperti kuliah, atau ngerjain tugas, atau main sekalipun. Jam kita sudah berbeda, jam kuliah, jam main, dan sebagainya. Objektif, kegiatan dan proritas masing-masing orang juga sudah berbeda-beda -pada akhirnya memang harus begitu kan?

Ya, kegiatan dan prioritas yang berbeda juga mendukung “gerakan revolusi nyepi”- ku. My friends have their own priority, so do i. sehingga apapun kegiatanku tentu akan mengikuti prioritasku, akibatnya kebanyakan kegiatan berakhir pada “ah aku kerjain sendiri aja.” Pikirku semua akan lebih lancar ketika direncanakan dan dilaksanakan sendiri. Misal dari yang paling kecil, perihal makan. Akan lebih cepet dan gak akan bingung ketika kamu makan sendiri. Mulai dari tempat dan menu yang pilingn kamu pesan akan lebih cepat diputuskan dan gak usah nunggu keputusan bersama seperti ketika kamu makan bareng. Jalan-jalan juga gitu, akan lebih lancar, cepet, dan gak akan ada telat, protes sana sini, dan hal ribet lainnya. Just go with the flow, ngalir aja gitu jadinya, enak. Ditambah lagi dengan kenyataan, bahkan ketika kamu bersama temen-temnmu pun, kebanyakan atau seringnya akan fokus ke smartphone masing-masing, lah kalo gitu apa bedanya sama makan sendiri? *Kasus ini terutama terjadi kalau makan bareng atau lagi nongkrong bareng hehe.     

Lantas ketika ditanya bagaimana definisi nyaman dari kondisi menyendiri itu…

Ya sendiri.., gimana ya? Sendiri gitu…

Yang jelas kamu bisa lebih idealis, lebih “memanjakan” dirimu, dan lebih mengenal dirimu. Dan dari situ harusnya kamu belajar gimana caranya menghadapi diri sendiri. Itu sisi positifnya, negatifnya kamu bakal dianggap sociopath men.. definitely. Pasti kalo kamu udah ngelakuin “gerakan revolusi nyepi” ini minimal kamu bakal ditanya, “Kamu kemana ajae kok gak pernah kelihatan?” Apalagi kalo kamu pake cara eksekusiku, wah bakal tambah-tambah. Bisa dibilang sombong juga.

Selain dengan cara yang sudah kusebut diatas, aku juga kadang-kadang secara kondisional dan sebenernya juga nggak sengaja, menghilangkan kuotaku… hehe jadninya temen-temen yang notabene pengguna fitur app chatting smartphone semua bakal kesulitan menghubungi aku. Dan jadilah kamu dianggap menghilang dari peradaban terkini. *Sumpah itu ga sengaja boss.. hehe. Tapi nih tapi kamu harus siap ngerasa kesepian loh, beneran, itu konsekuensinya. Jangan sampe kamu malah jadi stress gara-gara kamu ngerasa sendirian. Kalo gak kuat mending jangan. Seninya adalah bagaimana kamu bisa mendapatkan/menemukan kebahagiaan dan keindahan dari menyendiri itu. It’s all about knowing your self. Sebenernyapun aku juga masih belum berhasil dalam hal ini, tapi untungnya aku enjoy.  

            Tapi meskipun aku emang sedang menganut paham semi-ekstrem yang kaya gitu bukan berarti aku mengisolasi diri dan memutus hubungan komunikasi dengan mereka ya… ngga kok. Aku juga tetep main, dan makan bareng temen, tapi gak sering-sering.  Ga bagus dan ga baik juga kalo kamu kebanyakan menyendiri. Aku juga masih kangen sama temen-temenku kok. Menyendiri itu perlu, sepi itu perlu, tapi jangan lupa sama lingkunganmu, pergaulanmu, kehidupan sosialmu, dolanmu, dan srawungmu. Itu juga penting. Ini semua sebatas eksperimen sosial-yang ga sengaja dilakukan, namanya eksperimen memang harus melakukan perlakuan-perlakuan khusus, tapi perlakuan itu juga gak akan berlaku selamanya. Kamu bukan specimen atau bahan uji yang akan diuji selamanya, kita hanya manusia sosial, yang menurutku, butuh untuk memenuhi “hak kesepian” yang terkandung dalam hidup kita masing-masing.

No comments:

Post a Comment